Masjid Pejlagrahan, Dibangun 100 Tahun Lebih Dulu dari Masjid Agung Sang Cipta Rasa

0 Komentar

Masih dalam suasana gang. Letaknya hanya sepelemparan batu dari Keraton Kasepuhan. Menjadi masjid tertua di Kota Cirebon. Masjid Pejlagrahan dulu ada di bibir pantai. Kini, di antara pemukiman padat penduduk.ADE GUSTIANA, Cirebon
 
SEKILAS tampak seperti masjid pada umumnya. Ada shaf untuk laki-laki dan perempuan. Juga tempat wudu yang terpisah. Tapi masjid yang didirikan oleh Pangeran Cakrabuana itu telah beberapa kali dipugar. Terakhir 11 Juni 1994 silam.
Sehingga dilakukan penambahan shaf tersebut. Dan beberapa bagian lain untuk menambah kuota jamaah. “Dulu hanya ada shaf untuk laki-laki,” tutur marbot setempat,  Zahidin (82), kepada Radar Cirebon kemarin (27/9).
Di ruang utama -tempat mengumandangkan azan dan imam memimpin salat- luasnya hanya sekitar 7×8 meter. Seperti halnya Masjid Jagabayan. Ada empat tiang penyangga. Dinding seutuhnya dilapisi keramik. Atapnya ditopang kayu jati.
Konon usia kayu itu sama dengan usia dibangunnya masjid. Antara tahun 1445 (versi suaka perbakala) dan 1452 (menurut catatan babad Cirebon). Ya, sejarah mencatat dua versi itu. Tak ada yang tahu pasti kebenarannya.
Mimbar, jendela dan pintu masih mempertahankan bentuk asli. Pun dengan dinding. Hanya dipugar dan dilapisi semen. Agar lebih kokoh. Sementara bata di dalamnya masih sama. Sementara tampak luar, bangunan dinding nampak seperti susunan bata. Warna merah.
Namun itu hanya ornamen setelah pembugaran dilakukan. Untuk masuk ke ruang utama harus membungkukan badan. Karena meski melewati pintu dengan tinggi sekitar 150 sentimeter. “Dulu masjid ini ada di bibir pantai,” terang Zahidin.
Diceritakan, dulu masjid itu menjadi tempat singgah para wali dan nelayan. Hingga pendatang yang berkunjung ke Cirebon. “Sebelum dilakukan renovasi oleh pemerintah, masyarakat setempat urunan melakukan renovasi kecil-kecilan,” katanya, yang mengaku pernah ikut andil saat renovasi tersebut.
Masjid tua selalu punya daya tarik. Di sisi kiri dan kanan masjid yang berlokasi di Jalan Sastra Atmaja, Kelurahan Kasepuhan, Kecamatan Lemahwungkuk, itu ada jembangan.
Yaitu semacam tempat untuk menampung air. Baik untuk wudu atau keperluan mensucikan diri lain. Serta ada satu sumur -untuk mengisi air di jembangan tersebut. Masih aktif. Airnya masih menggenang tinggi. Biasa dimanfaatkan warga sekitar.

0 Komentar