Panic Buying, Migor Kembali Sulit

0 Komentar

KUNINGAN – Ketersediaan minyak goring (migor) di pasar tradisional kini kembali sulit didapat. Diduga hal ini terjadi karena faktor panic buying dari kegiatan operasi pasar murah dan pendistribusian minyak goreng dalam jumlah besar pada dua hari kemarin.
Seperti terpantau di Pasar Baru Kuningan, hampir semua pedagang tak lagi menjual minyak goreng kemasan harga Rp14.000 per liter seperti yang dijanjikan pemerintah. Kalaupun ada beberapa pedagang yang menjual minyak goreng curah, harganya rata-rata sudah di atas Rp15.000 per kilogram. Padahal harga eceran tertinggi minyak goreng tersebut hanya Rp11.500 per kilogram.
“Saya kemarin hanya dapat kiriman minyak goreng kemasan lima karton, itu pun dalam waktu setengah jam langsung habis terjual. Yang ada sekarang minyak goreng curah, saya jual Rp15.000 per kilogram,” ujar H Uun salah satu pedagang klontongan di Pasar Baru kepada Radar, kemarin (21/2).
Uun mengatakan, minyak goreng curah pun kini tersedia sangat terbatas. Pasalnya, dia hanya mendapat kiriman dari distributor sebanyak 3 jeriken masing-masing isi 20 kilogram. “Idealnya minyak curah ini juga dijual Rp16.000 per kilogram, karena saya harus memperhitungkan plastik, penyusutan dan juga karyawan. Tapi karena harus ikut aturan pemerintah, terpaksa saya jual Rp15.000 per kilogram,” ujar Uun.
Pedagang lain, Hj Kurnia mengaku hingga saat ini tokonya belum mendapat kiriman minyak goreng kemasan dari distributor. “Jadi saya belum jual minyak sampai sekarang,” ujar Kurnia.
Sementara itu, Kepala Dinas Koperasi, UKM, Perdagangan dan Perindustrian (Dinkopdagperin) Kabupaten Kuningan Uu Kusmana menduga, kelangkaan minyak goreng di pasaran saat ini merupakan efek dari panic buying masyarakat dalam dua hari kemarin. Seperti diketahui, Pemerintah Kabupaten Kuningan menggandeng Bulog dan distributor minyak goreng melakukan pendistribusian secara masif ke seluruh pasar tradisional hingga operasi pasar minyak goreng murah dalam jumlah besar selama dua hari kemarin yang mendapat sambutan antusias masyarakat berbondong-bondong membeli.
“Kondisi ini seperti yang dikhawatirkan Pak Bupati, ketika kran pendistribusian minyak goreng dibuka ternyata ditanggapi masyarakat berbondong-bondong membeli dalam jumlah besar. Padahal, seharusnya masyarakat tidak terlalu berlebihan menanggapinya cukup dengan membeli dalam jumlah sesuai kebutuhan saja. Efek dari panic buying ini menjadikan stok minyak goreng di pasaran langsung kosong,” ungkap Uu.

0 Komentar