Prancis Menolak Tuduhan Diskriminasi Rasial, Shamdasani: Saat yang Tepat untuk Mengatasi Masalah Rasisme dan Diskriminasi

Ravina Shamdasani menyoroti tentang situasi di Prancis
Ravina Shamdasani, Juru Bicara Kantor Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (OHCHR).foto: ist
0 Komentar

RADARCIREBON.ID – Prancis menolak pernyataan Komisaris Tinggi Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) untuk Hak Asasi Manusia (OHCHR) yang pada Jumat (30/6) mendesak negara Eropa tersebut untuk mengatasi masalah diskriminasi rasial dalam lembaga penegak hukum mereka.

Dalam sebuah pernyataan, Kementerian Luar Negeri Prancis menyatakan bahwa semua tuduhan tentang rasisme atau diskriminasi sistemik oleh polisi di Prancis tidak memiliki dasar yang kuat.

“Setiap tudingan rasisme atau diskriminasi sistemik oleh polisi di Prancis sama sekali tidak berdasar,” kata Kementerian Luar Negeri Prancis dalam sebuah pernyataan.

Baca Juga:Ibu dari Remaja Tewas Ditembak oleh Polisi Prancis Meyakini Kematian Putranya Bermotif RasismePeringatan HUT Bhayangkara Ke-77: Polri Presisi untuk Negeri, Pemilu Damai Menuju Indonesia Emas

Kementerian Luar Negeri Prancis lebih lanjut menjelaskan bahwa petugas polisi di Prancis diawasi secara internal, eksternal, dan yudisial, seperti yang diterapkan di beberapa negara lain.

Pernyataan tersebut juga menekankan bahwa polisi di Prancis menghadapi situasi kekerasan dengan profesionalisme yang tinggi. Mereka menegaskan bahwa penggunaan kekuatan oleh pihak berwenang diatur dengan prinsip-prinsip kebutuhan dan proporsionalitas yang mutlak, serta diawasi dengan ketat.

Selain itu, pernyataan tersebut juga menyebutkan bahwa sebanyak 249 petugas polisi terluka dalam kerusuhan yang terjadi di Prancis dalam beberapa hari terakhir.

Sebelumnya, juru bicara Kantor Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (OHCHR), Ravina Shamdasani, mengatakan bahwa Prancis seharusnya segera menangani permasalahan rasisme dan diskriminasi dalam penegakan hukum di negara mereka.

“Ini adalah saat yang tepat bagi negara tersebut untuk serius mengatasi masalah rasisme dan diskriminasi yang ada dalam sistem penegakan hukum,” ujar Shamdasani.

Prancis mengalami gelombang protes setelah adanya insiden di mana seorang remaja berusia 17 tahun bernama Nahel ditembak mati oleh petugas polisi di Nanterre, pinggiran kota Paris pada hari Selasa, 27 Juni.

0 Komentar