Yanuar Prihatin Bilang Sudah Saatnya Kuningan Memiliki City Branding

tanam-pohon
Wisata Curug Bangkong, Desa Kertawirama, Kecamatan Nusaherang Kabupaten Kuningan. foto dokumen
0 Komentar

“Saya tanya kalau orang ditawari wisata ke Gunung Ciremai atau Gunung Bromo, orang akan memilih Gunung Bromo. Artinya pariwisata berbasis alam di Kuningan persaingan dengan daerah lain sangat berat,” ucapnya.

Ia menerangkan, wisata alam Gunung Ciremai masih bisa dilakukan tetapi bukan sebagai branding Kabupaten Kuningan yang menjadi icon untuk mendatangkan peningkatan ekonomi.

“Selanjutnya, pariwisata berbasis spiritual (wisata religi) Kuningan kalah oleh Cirebon ada Gunung Jati,” ujarnya.

Baca Juga:Sandiaga Uno Tertarik Buka Paket Wisata 2 Hari 3 Malam Berwisata ke KuninganGeger Orang Hanyut di Sungai Cisanggarung 1 Pekan Belum Ditemukan, BPBD Kuningan dan Perhutani MoU Penanggulangan Bencana

Terakhir, pariwisata berbasis seni kreatif, kekuatannya ada pada manusianya, orisinal ide inovasi tetapi harus ada dasar, maka lima ukuran harus dipakai.

Terdiri dari, akar sejarahnya, mudah dipublikasi, memasyarakat, investasi murah, pasar internasional sudah terbentuk.

“Jika syarat ini sudah ada di Kuningan maka seni kreatifnya bisa dilakukan. Setelah saya mencari data ternyata pencipta tangga nada pada alat seni angklung semula pentatonis (tradisional) menjadi diatonis (modern) berasal dari wilayah Citangtu Kabupaten Kuningan,” katanya.

Lebih lanjut Yanuar mengatakan, seni musik angklung diatonis sejak diperkenalkan ketika HUT Perundingan Linggajati, sudah bisa mendunia. Yanuar Prihatin pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kuningan bisa meningkat dengan melestarikan seni kreatif angklung sebagai city branding daerah Kuningan.

“Jika di Kabupaten Kuningan bisa menyelenggarakan festival angklung internasional setahun dua kali sebagai city branding maka akan mendatangkan uang dari luar, mulai dari hotel, restoran, pengrajin bambu dan lainnya sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi,” pungkasnya.(ale)

 

0 Komentar