“Pada saat kita melakukan kunker ke pusat, kita juga menanyakan terkait hal tersebut. Bagi kami, karena saya sebagai pimpinan, hanya menjalankan amanah perundang-undangan dengan mengacu kepada PP 12/2018, Tatib DPRD, kode etik maupun tata cara beracara DPRD Kabupaten Kuningan, saya harus menjalankan tahapan-tahapan yang sudah dilaksanakan oleh BK,” tambah Dede menegaskan.
Terkait adanya dinamika dalam pemahaman, termasuk anggapan adanya tahapan yang salah dan lain sebagainya, ia mengaku saat ini hanya bisa berpikir positif saja. Menurut Dede, tidak ada manusia yang sempurna, karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT.
“Sama halnya dengan dunia, khususnya negara ini mendapatkan ujian dari Allah berupa Covid-19. Semua gagap, semua tidak tahu harus berbuat apa. Saya positif thinking saja, karena manusia itu tidak ada yang sempurna, kesempurnaan hanya milik Allah,” ungkap Dede.
“Ada yang mengatakan kami bingung atau bodoh, ya biarkan mereka mengatakan itu, masing-masing mempunyai hak. Kami juga tahu percis bahwa tugas kami menanggung risiko dari sebuah jabatan. Jadi, menurut pandangan saya, saya bersikap ksatria. Apabila saya salah, ya kita harus menerimanya, dan saya akan meminta maaf. Tapi pada saat saya benar, saya coba mencari kebenaran itu yang sebenar-benarnya,” tandas Dede. (muh)