Welas Asih Itu Bukan Bahasa Sunda, KDM Tuai Kritik Tajam, Usai Ganti Nama RS Al Ihsan

rsud al ihsan
RSUD Al Ihsan yang akan ganti nama menjadi Welas Asih. Foto: RSUD Al Ihsan - tangkapan layar radarcirebon.id
0 Komentar

Ketika Khilafah Utsmaniyah runtuh, Mustafa Kemal Atatürk naik jadi penguasa. Lalu apa langkah pertamanya? Menghapus jejak Islam dari ruang publik.

“Kenapa? Karena menurut Atatürk, Islam dianggap penghambat kemajuan. Tulisan Arab? Katanya simbol keterbelakangan. Adat Islam? Dinilai kuno dan tak cocok untuk dunia modern,” tambahnya.

Maka, tandasnya lagi, Ataturk mulai program besar-besaran: Mengasingkan rakyat Turki dari identitas Islam. Mulai dari perubahan nama nama pemerintah, hukum hingga bahasa Keseharian.

Baca Juga:Kertajati Kian Merana, Harta Karun Tersembunyi Itu Justru Jadi PetakaHanya Dalam 43 Detik, Little Boy Itu Lenyapkan Kota Hiroshima

Puncaknya, Atatürk memaksa rakyat melafalkan adzan bukan lagi: “Allahu Akbar”, tapi: “Tanrı uludur” atau Tuhan Maha Besar, versi Turki.

Kalimat “Hayya ‘ala al-falah” diganti jadi “Haydi kurtuluÅŸa”. Masjid-masjid dijaga polisi.Muadzin yang tetap adzan pakai bahasa Arab bisa ditangkap.

Bukan sekadar soal bahasa. Ini soal memutus akar ruhani umat dari agamanya. Satu generasi pun tumbuh buta huruf terhadap Qur’an klasik, kitab tafsir, kitab fiqih, bahkan naskah sejarah nenek moyang mereka.

Akibatnya? Anak muda Turki tidak tahu siapa dirinya. Yang bisa mereka baca hanya ideologi Barat. Mereka dipaksa modern, tapi kehilangan arah.

Nah, katanya, kalau alasan mengganti “Al Ihsan karena katanya bukan budaya Sunda, maka sekalian ganti semuanya. Kamar jenazah” jadi “kamar bangkai” jenazah itu istilah Arab. “Hakim” diganti jadi “nu ngajugjug keaadilan” itupun adil masih pakai bahasa Arab.

Juga, “Sidang” diganti “rembug-rembug, kumpul-kumpul, pasamoan. “Dewan Perwakilan Rakyat” semua pakai istilah arab, diganti jadi “Kumpulan jelema balad balad no milu rapat”.

Dan jangan lupa: hapus juga kata zakat, adzan, ujian, ljenazah semuanya dari bahasa Arab. Tapi mengapa hanya nama yang berbau Islam yang dihapus? Mengapa hanya yang berakar dari agama yang dianggap “asing”? Kalau ini bukan Islamofobia, lalu apa?

Baca Juga:7 Tokoh Revolusi Iran Ini Bernasib Tragis, Hanya Tersisa Ayatulloh KhomeiniMiliter China Kembangkan Drone Sebesar Nyamuk, Tak Terdeteksi Radar Konvensional

Dia pun menyebutkan “Welas Asih” Itu bukan bahasa Sunda. Itu Jawa. Bahkan ada jejak India. Padahal KDM bilang: nama “Al Ihsan” diganti jadi “Welas Asih” karena ingin lebih mencerminkan budaya Sunda.

0 Komentar