Urban Farming, Solusi Bisnis di Lahan Terbatas

Urban Farming, Solusi Bisnis di Lahan Terbatas
BERNILAI EKONOMIS: Chiska Nova Harsela mendirikan Green House di Jl Simaja Selatan, Kecamatan Kesambi, Kota Cirebon. FOTO: OKRI RIYANA/RADAR CIREBON
0 Komentar

produksi dilakukan hingga pemasaran ke media sosial. Dalam menjalani bisnis di
Green House, ia dibantu rekan-rekannya, yakni Medika Olga Laksana (19), Royyan
Hafizi (19), dan Lukman Hakim (25).

Ada enam kolam yang digunakan untuk
berkebun dan mempunyai lebar 4×2 meter. Satu kolamnya dapat mencukupi sekitar
300 lubang tanam. Bercocok tanam menggunakan kolam disebut juga dengan Floating
Hidroponik Sistem (FHS). Selain kolam, Chiska juga menggunakan media pipa atau
Nutrient Film Teknik (NFT).

Tanaman hidroponik memiliki masa
panen yang lebih cepat dibanding dengan tanaman konvensional. Yakni 30 hingga
40 hari. Sedangkan konvensional, membutuhkan 2 hingga 3 bulan. Perawatannya
tergolong mudah. Perawatan berkelanjutan dengan memberi nutrisi satu kali dalam
satu minggu.

Baca Juga:PMI Butuh Mobil Donor DarahGadget Bisa Buat Anak Terlambat Bicara

“Kemudian pengecekan EC
(electrolyte conductivity, red) dan PH. Setiap harinya, dilakukan dua kali
penyiraman. Selain itu, adalah pemenuhan kebutuhan nutrisi yang dilakukan satu
kali dalam setiap masa panen,” papar Chiska.

Harga sayuran hidroponik yang
dibandrol lebih tinggi, selaras dengan kualitas dan kelebihan yang didapatkan.
Harga retail, dipatok Rp13.000 hingga Rp20.000 per 200 gramnya.

Selain sehat, kata Chiska, tanaman
hidroponik jarang terjangkit hama karena kondisi lahan yang terlindung green
house. “Kemudian sayurannya bersih karena nggak makai tanah. Tanaman yang
dihasilkan juga memiliki rasa yang lebih gurih dan manis, serta memiliki masa
kedaluarsa yang lebih panjang hingga satu minggu. Sedangkan konvensional 2
sampai 3 hari aja,” kata Chiska.

SAWI PAGODA

Selain Chiska, ada Muhammad (40).
Ia mengandalkan sudut kosong di rumahnya yang luasnya tidak lebih dari 100
meter persegi.

Muhammad mampu mengelola pagar
rumahnya menjadi asri dengan tanaman sawi jenis pagoda. Metode penanamannya pun
cukup melalui pipa paralon dengan ukuran 4 inch. Pipa dibuat hole (lubang)
tidak kurang hingga 50 lebih.

Di dalam pipa tidak menggunakan
tanah akan tetapi dialiri air dengan sirkulasi hingga 24 jam. Tanaman yang
ditanam menggunakan media eks limbah batubara ini cukup diletakkan di pipa
paralon dengan sirkulasi air menggunakan mesin yang biasa digunakan untuk
akuarium. Hasilnya membuat tumbuhnya bagus.

Tidak hanya di lantai satu rumahnya
yang terpasang paralon untuk tanaman hydroponik, tapi lantai atas juga

0 Komentar