Warna-warni Getuk Lindri; Tradisional yang Terlupakan

0 Komentar

Warna-warni getuk lindri begitu menggoda. Kuliner satu ini pernah jadi primadona pada masanya. Identik dengan pedagang yang berkeliling sambil memutar musik. Keras-keras. Sejak dulu familiar. Terutama bagi masyarakat pedesaan.
ADE GUSTIANA, Cirebon
SEJAK pukul tiga sore Dedi dan Evi sudah tiba di pertigaan Jalan Pulasaran, Jalan Lawanggada, dan Jalan Pekalipan, Kota Cirebon. Di sana tempat mereka mangkal. Berjualan. Membawa gerobak. Satu demi satu perabotan diturunkan.
Alat pemanggang ketan ditopang pada kursi kayu setinggi paha orang dewasa. Pasangan suami istri itu tak lupa memasang terpal. Jaga-jaga sewaktu-watu hujan bisa turun. Karena mereka akan bertahan hingga larut malam: 21.30. Setiap hari.
Jika pedagang getuk di pedesaan identik dengan musik yang diputar, tidak dengan pasangan ini. Mereka mangkal di satu tempat. Dedi dan Evi telah berjualan selama 25 tahun. Lebih lama lagi kalau menghitung sejak orang tua Dedi berjualan. Ya, bisnis kuliner tradisional milik mereka warisan dari orang tua.
Di awal-awal berdiri, Dedi mengaku, getuk lindri pernah menjadi primadona kuliner masyarakat Kota Cirebon. Termasuk warga yang tak jarang dari mana-mana. Hingga luar kota. Tapi kini, masa kejayaan itu tinggal kenangan manis. “Saat pembatasan masyarakat karena corona, ditambah mendekati Ramadan, jualan lagi sepi Mas,” tutur Evi kepada Radar Cirebon, Rabu (30/3).
Tak hanya menjual getuk lindri yang berbahan dasar singkong. Ada mata roda atau putri noong yang diperkaya buah pisang dan pekatnya parutan kelapa. Lalu ketan bakar. Getuk lindri banyak ditemukan di Pulau Jawa. Secara umum getuk lindri memiliki tekstur yang lembut dan rasa yang manis.
Saat Ramadan, kuliner tradisional Dedi dan Evi tambah variatif lagi. “Kalau Ramadan, kita juga jual bubur sumsum, kolek, bubur mutiara, botok roti, dan jajanan takjil lain. Alhamdulillah kalau Ramadan biasanya omset akan naik lagi,” terang Evi yang berdomisili di Kelurahan Sunyaragi, Kota Cirebon, itu.
Beda dengan makanan minyak-minyakan, getuk lindri melalui proses pengukusan. Warna-warni getuk dihasilkan dari pewarna makanan. Rasa manis dihasilkan dari campuran gula pasir pada adonan. Bicara rasa juga dibedakan dari warna. Ada rasa pandan, strawberry, durian dan cokelat. Harganya antara Rp2.000-3000 ribu saja. Merogoh kocok Rp10 ribu cukup membuat perut kenyang.

0 Komentar