BERLARUT-LARUT
Di tengah kondisi ini, Kota Cirebon hanya mengandalkan rapid test sebagai skrining awal dan telah dilakukan kepada 1.594 orang paling berisiko. Dari jumlah itu, terdapat 15 yang reaktif. Yang tentunya bakal ditindaklanjuti dengan pengambilan swab.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kota Cirebon, Tri Mulyaningsih mengakui, Kota Cirebon belum bisa melakukan tes dengan polymerase chain reaction (PCR). Sehubungan keberadaan perangkat tersebu di RSD Gunung Jati dan RS Pelabuhan belum ada kejelasan kapan bisa dioperasikan. “Sementara PCR belum bisa, kami pemeriksaan menggunakan rapid test setiap Senin hingga Kamis,” tuturnya.
Kota Cirebon tentu membutuhkan PCR untuk mempercepat invertenti penyelesaian kasus covid-19. Sekretaris Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Kota Cirebon Sri Laelan Erwani mengatakan, secara keseluruhan ada lebih dari 50 sampel swab masyarakat Kota Cirebon yang telah dilakukan pemeriksaan. Sementara swab yang harus dilakukan pengulangan ada sekitar 96 sampel.
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Cirebon, dr Edial Sanif SpJP FIHA mengungkapkan, Kota Cirebon memang tidak melakukan tes swab masal kendati telah melaksanaan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
Kalaupun melaksanakan swab, diprioritaskan dulu bagi tenaga kesehatan, karena resiko mereka terpapar lebih besar. Apalagi swab biayanya cukup mahal. Berbeda dengan rapid test tidak terlalu mahal. “Untuk Kota Cirebon sepertinya belum ada swab masal,” ujar Edial.
Menurut Edial, biaya rapid test bervariasi. Dimulai dari sekitar Rp150 ribu hingga Rp400 ribu. Namun, bisa juga gratis dengan subsidi.
PCR FK-UGJ
Di tengah penantian hasil pemeriksaan swab di Labkesda Jabar, Fakultas Kedokteran Universitas Swadaya Gunung Jati (FK-UGJ) sesungguhnya menawarkan peluang untuk kecepatan hasil. Sehubungan dengan telah dioperasikannya PCR dan telah menuntaskan pemeriksaan kurang lebih 63 sampel hingga kemarin.
Dekan FK-UGJ, Dr Catur Setiya Sulistiana MMed Ed menjelaskan, Laboratorium FK-UGJ bakal mengoptimalkan RTPCR. Bahkan Pemerintah Kabupaten Cirebon sudah menyiapkan reagent sebanyak 1.000.
Fokus Pemkab Cirebon juga sudah kepada tes masal. Apalagi dengan adanya ahli bio molekuler dua orang, sehingga kapasitas laboratirum bisa maksimal dengan sekitar 216 sampel per hari. “Kalau kondisi biasa bisa sampai 200 sampel, tapi spesimen yang masuk ke FK belum banyak,” tuturnya.