Pedati Gede di Antara Mural Kekinian, Wayang Kulit Tiap Satu Suro

Pedati Gede di Antara Mural Kekinian, Wayang Kulit Tiap Satu Suro
DIBINA: Tiga pelajar yang bolos mendapat pembinaan dari Satpol PP Kabupaten Cirebon. FOTO: SATPOL PP FOR RADAR CIREBON
0 Komentar

Tiap malam satu suro, tepat di sisi Situs Pedati Gede selalu digelar pagelaran wayang kulit. Berlangsung selama 24 jam. Jeda hanya ketika masuk waktu salat. Pagi ketemu pagi. Di siang hari, wisatawan dibuat lebih berwarna. Melalui mural di sekitaran gang masuk menuju pedati yang dibuat Pangeran Cakrabuana tahun 1371 tersebut.
 
ADE GUSTIANA, Cirebon
 
“ACARANYA di Baperkam yang ada di samping situs. Baik masyarakat sekitar atau luar antusias menyaksikan. Terutama orang-orang usia lanjut,” kata Ketua RW 05 Pekalangan Selatan Dasuki Catu Hafid kepada Radar Cirebon kemarin.
Cerita yang dibawakan saat siang dan malam berbeda. Di siang hari, kata Dasuki, dalang membawakan cerita khusus. Yaitu perjalanan Ki Gede Pedati dan Kebo Andanu. Yaitu seekor hewan berkaki empat yang menarik pedati tersebut. Sedang malam hari, cerita yang dibawakan bisa sesuai permintaan. “Mau cerita Petruk Jadi Raja atau cerita lainnya, boleh saja,” beber ketua RW.
Akses masuk hiburan dan wisata sejarah itu di antara pemukiman padat warga. Masuk gang. Hanya kendaraan roda dua yang bisa melintas. Tapi pengunjung tak dibuat bosan. Melihat dinding di antara gang tersebut. Yang sudah dicat.
Bahkan dilukis mural. Gambar-gambar yang menempel juga punya arti sendiri. Mengisahkan sejarah. Terutama yang berkaitan dengan Pedati Gede. “Selain mural dan wayang, ada cemilan lawas yang masih diproduksi warga sekitar. Yaitu rengginang dan moho (sejenis kue). Memang hanya tinggal beberapa yang masih bertahan,” sambung Dasuki.
RW setempat juga masih menunggu janji dari Pemkot Cirebon. Yang pernah menyebut akan mengembangkan wisata kuliner malam. Sehingga dapat mencukupi ekonomi warga setempat. “Dulu sempat dijanjikan, tapi sampai sekarang belum terwujud,” kata Dasuki.
Pedati Gede Pekalangan sendiri masih kokoh berdiri. Meski sempat terbakar di tahun 1907. Dari 12 roda, empat di antaranya hangus. Tinggal puing. Ukuran serta kondisi pedati saat ini, merupakan hasil rekonstruksi tahun 1993 yang dilakukan Herman De Vost. Yang ketika itu menjabat Direktur Museum Kereta-kereta Istana di Leiden, Belanda.
Dari hasil penelitian Herman de Vost, panjang Pedati Gede Pekalangan diperkirakan mencapai 15 meter, lebarnya 2,5 meter dan 3 meter tingginya. Pedati menggunakan roda kayu sebagai alat geraknya. Kalau masih utuh, jumlanya 12 roda atau enam pasang. Masing-masing berdiameter 2 meter dan enam roda yang lainnya yang berukuran lebih kecil –diameter 1,5 meter.Dari upaya yang dilakukan Herman de Vost melakukan konservasi, panjang pedati tersisa 8,9 meter saja.

0 Komentar