Tak Gentar Hadapi Sultan

rahardjo-djali-rebut-tahta-sultan-keraton-kasepuhan-cirebon
Rahardjo Djali saat memberikan keterangan kepada wartawan. Foto: Okri Riyana/Radar Cirebon
0 Komentar

Sultan Sepuh XI, yakni Sultan Sepuh XI Radja Jamaludin Aluda Tajul Arifin, kata Rahardjo, tidak memiliki anak laki- laki dari pernikahannya yang pertama dengan Raden Ayu Raja Pamerat. Setelah itu, beberapa tahun kemudian, Sultan Sepuh XI menikah lagi dengan seorang putri ulama mualaf dari Cianjur bernama Nyi Mas Rukijah. Dari pernikahan dengan Nyi Mas Rukijah, Sultan Sepuh XI memperoleh 5 orang putra dan putri.
Dan, satu di antaranya seorang putra bernama Raden Sugiyono. “Tahun 1942, Sultan Sepuh wafat. Di mana waktu itu Raden Sugiyono baru berumur 9 tahun sehingga masih belum layak untuk menjadi sultan. Dari situ terjadi kevakuman kekuasaan di Keraton Kasepuhan yang dimanfaatkan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk memaksa Alexander sebagai sultan,” jelas Rahardjo.
Rahardjo sendiri mengaku sadar apa yang dilakukannya ini akan mendapat penolakan dari pihak Sultan Arief. Namun, menurutnya, tindakan tersebut telah didukug oleh keluarga besar keturunan Sultan Arief XI. Ia bersama dengan keluarganya, termasuk Elang Mas Upi Supriyadi, anak dari Raja Ratu Wulung Ayuningrat, sekaligus cucu dari istri pertama Sultan Sepuh XI, Raden Ayu Raja Pamerat. “Saya pribadi dengan Pak Upi adalah cucu dari Sultan Sepuh XI,” lanjutnya.
Ia menegaskan bahwa dirinya merupakan keturunan langsung Sultan Kasepuhan Cirebon XI, yakni Sultan Sepuh XI Radja Jamaludin Aluda Tajul Arifin. Untuk lebih meyakinkan atas klaimnya itu, Rahardjo bahkan sudah menyiapkan sejumlah dokumen tentang silsilah keluarga Sultan Sepuh XI Radja Jamaludin Aluda Tajul Arifin. Salah satunya sebuah surat bernomor 051/SL/SSXIV/XI2013 yang ditandatangani Sultan Sepuh XIV PRA Arief Natadiningrat di atas materai.
“Perlu diketahui bahwa bapak saya adalah putranya Buyut Pegambiran dan ibu saya adalah putrinya Sultan Sepuh XI. Jadi bukan dari selir apa yang disebutkan Sultan Arief itu. Karena kakek saya menikah lagi dengan istri keduanya setelah istri pertamanya meninggal dunia pada tahun 1922. Jadi jangan dibilang saya mengaku-ngaku ya. Silsilahnya ada ditandatangani langsung oleh Sultan Arief dan tidak palsu,” ungkapnya.

0 Komentar