KUNINGAN – Hampir setiap musim kemarau, sejumlah titik di kawasan Gunung Ciremai rentan terjadi musibah kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Tentu hal ini menjadi perhatian serius pemerintah daerah, termasuk pihak Balai Taman Nasional Gunung Ciremai (BTNGC) Kabupaten Kuningan.
Bahkan sebagai upaya antisipatif, BTNGC Kuningan telah mengadakan rapat internal. Rapat itu membahas kaitan dengan pengendalian kebakaran hutan dan lahan (karhutla). “Tahun ini kita harus lebih siap dalam pengendalian kebakaran hutan dan lahan. Tentu dengan mengedepankan upaya pencegahan kebakaran secara optimal,” kata Kepala BTNGC Kuningan Kuswandono dalam keterangan persnya, kemarin (2/7).
Sebab berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), saat ini 86,6 persen wilayah Indonesia telah memasuki awal kemarau. Sedangkan puncak kemarau diperkirakan terjadi Agustus mendatang, sehingga masyarakat harus waspada dengan kemarau yang akan lebih kering dari biasanya.
Kasubag Tata Usaha BTNGC Didik Sujianto menambahkan, ada dua hal yang mesti disiapkan yakni administrasi dan teknis. “Pembentukan satuan tugas (satgas) merupakan langkah awal administrasi pengendalian karhutla, yang secepatnya mesti kita kerjakan. Selanjutnya untuk hal teknis, mari kita rancang dengan berkaca pada pengalaman beberapa tahun ke belakang,” ajaknya.
Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) Wilayah I Kuningan San Andre Jatmiko menilai, selepas satgas terbentuk, alat pengendalian karhutla harus dicek, didata, dan bila ada yang rusak mesti segera diperbaiki agar bisa berfungsi dengan baik. “Kemudian di lapangan juga ada beberapa jembatan yang harus diperbaiki, supaya mobilisasi personel dan logistik berjalan lancar,” terangnya.
Menurutnya, selain cek peralatan, patroli pun mesti dinaikkan intensitasnya. Patroli pengendalian karhutla akan menggandeng pihak TNI, Polri, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Masyarakat Mitra Polisi Kehutanan (MMP), Masyarakat Peduli Api (MPA), Mitra Pariwisata Gunung Ciremai (MPGC), komunitas pecinta alam seperti AKAR dan pihak terkait yang lain.
“Selain patroli, alat berteknologi canggih seperti drone akan digunakan untuk melakukan ground check, apabila terdapat laporan kemunculan titik api,” sebut San Andre.(ags)