Sekda Kabupaten Cirebon Ungkap Penataan Kawasan Trusmi Butuh Kesadaran Kolektif 

Sekretaris Daerah Kabupaten Cirebon Dr Hilmy Riva\'i MPd
BUTUH KESADARAN: Sekretaris Daerah Kabupaten Cirebon Dr Hilmy Riva\'i MPd menjelaskan untuk menata Kawasan Trusmi perlu kesadaran kolektif, kemarin. FOTO : SAMSUL HUDA/RADAR CIREBON c
0 Komentar

RADARCIREBON.ID – Kawasan Trusmi di Kabupaten Cirebon dikenal sebagai pusat batik yang kaya akan sejarah.

Adat, budaya, tradisi hingga kekayaan ekonomi yang luar biasa. Kawasan ini pun disebut-sebut mampu menyaingi Jogjakarta sebagai destinasi wisata budaya.

Namun, potensi besar Kawasan Wisata Trusmi itu belum tertata baik. Butuh kesadaran masyarakat sekitar. Pun para pedagang yang mengais rejeki di kawasan tersebut.

Baca Juga:Ahfas Faishal: Dari Cirebon Menuju Panggung Nasional dan Digital GlobalModal Awal: Rp3 Miliar untuk Setiap Koperasi Desa Merah Putih

Sekretaris Daerah Kabupaten Cirebon, Dr Hilmy Riva’i MPd menegaskan, upaya penataan Trusmi tidak hanya bergantung pada pemerintah, tetapi harus melibatkan kesadaran kolektif seluruh elemen masyarakat. Termasuk para pelaku usaha di kawasan tersebut.

“Kepedulian dan kehadiran gubernur Jabar di Kawasan Batik Trusmi beberapa waktu lalu harus menjadi pemicu bagi pemerintah daerah dan juga para pengusaha di Trusmi untuk lebih peduli. Jangan hanya berjualan saja, tetapi juga menjaga kebersihan dan kenyamanan lingkungan,” ujar Hilmy kepada Radar Cirebon, Minggu (8/6).

Menurut Hilmy, pentingnya menciptakan suasana yang nyaman dan asri di kawasan usaha, agar pengunjung merasa betah dan tertarik untuk datang kembali.

“Artinya, keberhasilan Trusmi sebagai kawasan wisata batik dan budaya sangat bergantung pada kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan pelaku usaha,” ucapnya.

Hilmy mengungkapkan, anggota DPR RI Rieke Diah Pitaloka, pun telah turun langsung ke Trusmi.

Dalam kesempatan itu, Oneng –nama panggung Rieke Diah Pitaloka menyampaikan, wacana untuk mengembangkan kawasan tersebut tidak hanya sebagai pusat industri perbatikan, tetapi juga sebagai kawasan budaya.

Hilmy menjelaskan, upaya menyulap kawasan Trusmi tidak bisa ditangani hanya oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata saja, melainkan harus melibatkan dinas-dinas lain seperti PUTR (Pekerjaan Umum dan Tata Ruang) serta Kimrum (Perumahan dan Permukiman).

Baca Juga:Percepat Program Sekolah Rakyat di Kota CirebonPDIP Cirebon Terbar Ribuan Paket Daging Kurban pada Idul Adha 2025, Imron: Momen Hidupkan Gotong Royong

“Semua pihak harus berkolaborasi untuk menjadikan Trusmi sebagai kawasan yang tidak hanya maju secara ekonomi, tetapi juga kuat secara karakter budaya Kacirebonan,” paparnya.

Namun, semua rencana itu, lanjut Hilmy, tetap bergantung pada respons masyarakat, termasuk para pedagang kaki lima (PKL) yang kerap berjualan di trotoar atau bahu jalan.

0 Komentar