INDRAMAYU – Minimnya pengetahuan sebagian petani di Kabupaten Indramayu terkait penanganan hama tikus yang aman, mendorong para penyuluh pertanian lapangan (PPL) di wilayah Kecamatan Bangodua untuk terus mengingatkan. Yakni, agar petani tidak lagi menggunakan jebakan listrik dalam mengendalikan serangan tikus di sawah.
Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Bangodua, Sugianto, menegaskan bahwa penggunaan jebakan listrik sangat berbahaya dan sudah menelan korban jiwa di beberapa wilayah.
“Kami selalu mewanti-wanti dalam setiap pertemuan dengan para petani agar tidak menggunakan jebakan listrik. Itu sangat membahayakan, karena sudah ada kasus petani meninggal akibat tersengat jebakan listrik,” ujar Sugianto, kemarin.
Baca Juga:BLiSPI Gulirkan Seri Nasional Youth Cup IV 2025, Pemain Terbaik Dikirim ke Kejuaraan Dunia Pelajar di ItaliaDesa Krasak Masuk Tiga Besar Lomba Gapura Sri Baduga Tingkat Kabupaten Indramayu
Sebagai solusi, pihaknya mendorong petani untuk menggunakan cara tradisional yang lebih aman, seperti gropyokan tikus secara gotong royong dan penggunaan asap belerang di lokasi-lokasi yang dicurigai menjadi sarang hama.
“Harus dilakukan secara rutin dan bersama-sama. Jangan ambil risiko dengan listrik, karena kelalaian bisa berakibat fatal. Lebih baik menggunakan cara yang aman namun efektif,” tambahnya.
Sementara itu, Ketua Gapoktan Sri Sejati, Sutarman, mengimbau petani untuk tidak lagi menggunakan jebakan listrik demi menjaga keselamatan diri. Pihaknya mendorong petani untuk rutin melakukan gropyokan dan kini mulai intensif melakukan pemasangan rumah burung hantu (rubuha) di setiap blok area persawahan.
“Apalagi Bupati Indramayu telah melepas ular dan burung hantu sebagai upaya mengembalikan predator alami tikus. Harapannya, populasi tikus dapat ditekan secara alami. Selain gropyokan, kami sedang fokus memasang rubuha di berbagai titik,” jelasnya.
Langkah-langkah tersebut diharapkan dapat menjadi solusi jangka panjang dalam pengendalian hama tikus, tanpa membahayakan keselamatan petani. (oni)