Tiap Tahun, Lahan Pertanian Menyusut

ilmi-lahan pertanian (9)
TAMBAH SUSUT: Tiap tahun lahan pertanian di Kabupaten Cirebon menyusut. Dari data Dinas Pertanian, setidaknya rata-rata dalam lima tahun mutasi lahan sawah di Kabupaten Cirebon mencapai 193,8 hektar. FOTO: ILMI YANFA/RADAR CIREBON
0 Komentar

CIREBON
Perkembangan Cirebon yang makin melejit, membuat para investor tertarik.
Dinilai sebagai wilayah strategis, Cirebon pun kini menjadi objek para investor
untuk membangun berbagai pusat bisnis. Ini menjadi tantangan tersendiri akan
alih fungsi beberapa lahan pertanian, khususnya Kabupaten Cirebon.

Dari
data yang dimiliki Dinas Pertanian, setidaknya rata-rata dalam lima tahun
mutasi lahan sawah di Kabupaten Cirebon mencapai 193,8 Ha. Hingga saat ini,
Gegesik masih menjadi daerah yang memiliki lahan pertanian terluas.

Kepala
Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon, Dr H Ali Effendi MM menuturkan, tantangan
alih fungsi lahan ini disikapi dengan adanya Perda RTRW untuk pengamanan sekitar
40 ribu lahan pertanian berkelanjutan.

Baca Juga:Pulang Umrah Demam Tinggi, Warga Majalengka DiisolasiSukseskan Sensus Penduduk 2020, BPS Indramayu Lakukan Ngibar

“Sekarang
dalam proses perda, namun sudah punya zonasi sebanyak 40 ribu lahan pertanian,
2.000 hortikultura, dan 3.000 perkebunan,” jelasnya.

Selain
menetapkan lahan abadi, pihaknya juga berupaya untuk meningkatkan
produktiviitas dan Indeks Pertanaman (IP) padi dengan beberapa cara.
Produktivitas ditingkatkan, agar kebutuhan pertanian khususnya padi, masih
surplus di kabupaten Cirebon. Yakni sebanyak 80 ribu hingga 100 ribu ton.

Beberapa
cara yang telah dilakukan untuk meningkatkan produktivitas ini pun antara lain
dengan teknologi panca usaha, memilih benih unggul umur pendek, tahan penyakit,
perlindungan hama, cara panen dan pasca panen, serta beberapa upaya lainnya.
“Upaya ini telah kami lakukan sejak tahun lalu,” ungkapnya, kemarin.

Sementara
itu, memasuki 2020, beberapa lahan pertanian di Kabupaten Cirebon terendam
banjir. Di Februari 2020, banjir pertama terjadi dan sekitar 3.400 ha sawah
terbanjiri. Usai surut, petani pun melakukan tanam ulang sebanyak 440 Ha.
“Kerugian diperkirakan mencapai Rp1 juta per hektar,” terangnya.

Meski
begitu, Ali mengungkapkan, dari dampak sawah yang terbanjiri ini, tak akan
mempengaruhi produktivitas. Hal ini hanya akan menyebabkan waktu panen yang
mundur. Ia memastikan produktivitas tetap. (apr)

0 Komentar