Waspada, DBD Juga Melonjak

Waspada, DBD Juga Melonjak
0 Komentar

CIREBON- Kewaspadaan tak hanya soal Covid-19, tapi juga DBD atau demam berdarah dengue. Di Kabupaten Cirebon saat ini mengalami lonjakan drastis. Bahkan kasus yang tercatat selama sebulan terakhir merupakan terbesar dalam beberapa tahun terakhir.
Dalam satu bulan, yakni Januari 2022, ada 219 kasus DBD. Angka tersebut melonjak drastis jika dibandingkan angka kasus pada Januari 2021 yang hanya 35 kasus DBD saja. Dari total 219 kasus DBD yang terjadi ada Januari 2022, dua kasus di antaranya meninggal dunia.
“Ada lonjakan drastis. Karena intensitas hujan juga tinggi sehingga potensi berkembang biaknya nyamuk Aedes Aegypti lebih besar. Januari ini paling besar ketimbang tahun lalu,” ujar Kabid P2P Dinkes Kabupaten Cirebon Sartono SKM, kemarin.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi. Di antaranya selama musim hujan umumnya kasus demam berdarah meningkat karena banyaknya genangan air. Genangan air hujan atau bahkan sisa arus banjir adalah sarana paling ideal bagi nyamuk aedes untuk bertelur.
“Nyamuk akan lebih mudah dan cepat berkembang biak di lingkungan yang lembap. Ini yang jadi penyebab kenapa jumlah kasus DBD meningkat karena dalam beberapa waktu terakhir curah hujan begitu tinggi,” katanya.
Peningkatan jumlah kasus DBD, lanjutnya, sebenarnya sudah dirasakan sejak Desember 2021. Pada momentum akhir tahun tersebut tercatat jumlah kasus yang terjadi cukup tinggi, yakni 186 kasus dengan 3 angka kematian. Padahal pada Desember 2020, hanya terjadi 25 kasus DBD dengan satu kematian.
“Untuk saat ini, langkah yang sudah kita lakukan adalah melakukan fooging untuk mencegah berkembang biak nyamuk aedes aegypti. Selain itu, sosialisasi juga terus dilakukan dengan melibatkan banyak elemen sampai ke pemerintah desa untuk menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS),” terang Sartono.
“Dalam upaya ini harus ada keterlibatan masyarakat. Salah satunya adalah dengan langkah pemberantasan sarang nyamuk, mengubur barang-barang bekas yang mungkin bisa jadi tempat berkembang biak nyamuk dan selalu hidup bersih dan sehat,” lanjutnya.
Untuk jumlah kasus DBD tertinggi sendiri terjadi di Kecamatan Plered 20 kasus, Plumbon 21 kasus, Weru 17 kasus dan Palimanan 12 kasus. Di mana paling banyak kasus terjadi pada laki-laki dengan 122 kasus dan perempuan 97 kasus. “Paling banyak kasus terjadi pada rentang usia 5-14 tahun dengan tot 110 kasus, lalu rentang usia 15-44 tahun dengan total 57 kasus,” katanya.

0 Komentar