Seorang pemilik toko elektronik asal Kelurahan Panjunan meninggal dunia setelah di rawat di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung, Senin (6/4). Diduga, perempuan berusia 72 tahun tersebut terinfeksi Covid-19.
DALAM percakapan yang tersebar di aplikasi pesan instan, disebutkan kalau perempuan tersebut masuk IGD RSHS Bandung pada Jumat (3/4). Setelah dilakukan pemereiksaan ia langsung ditempatkan di ruang isolasi 1. Dalam potongan percakapan yang lain, disebutkan kalau dua pekan sebelumnya dia sempat mengunjungi Jakarta. Dikabarkan juga tokonya langsung ditutup polisi setelah adanya kabar tersebut.
Radar Cirebon melakukan konfirmasi pertama ke Ketua RW 09 Jagabayan Suljani. Ia membenarkan ada warganya meninggal di RSHS Bandung. Namun ia sendiri mengaku tak tahu persis apakah penyebab meninggalnya karena Covid-19 atau sebab lainnya. Hingga kemarin ia mengaku masih kesulitan untuk mengonfirmasi apakah sebab kematian warganya itu karena Covid-19 atau karena sakit lainnya.
Menurut Suljani, pihak keluarga dekat pengusaha itu juga berada di Bandung. Sehingga ia hanya dapat menemui orang kepercayaan perempuan itu saja. “Saya tidak yakin. Soalnya takut berita hoaks. Tapi saya diberi tahu kalau warga saya ini meninggalnya karena Covid-19. Tadi saya sempat ke rumahnya. Benar sudah meninggal kata orang kepercayaanya. Tapi bukan karena Covid-19. Kata orang kepercayaannya itu meninggal karena diabetes, terus pernah jatuh juga. Jadi saya juga bingung,” ungkap Suljani.
Menurut Suljani, perempuan tersebut memang dikenal suka bepergian jauh. Terakhir ia juga mendapat kabar kalau warganya tersebut bersama dengan beberapa orang adiknya melakukan perjalanan ke Israel. Setelah itu kembali ke Cirebon dan mengeluhkan sakit. Sempat ditangani di beberapa klinik, lalu pergi ke Bandung untuk melakukan pengobatan. “Ya beliau memang jarang di rumah, jadi saya juga kurang begitu tahu kapan beliau pulangnya,” ucapnya.
Suljani melanjutkan, sebelumnya perempuan tersebut rencananya akan dibawa ke Cirebon. Namun karena ada kabar telah terinfeksi Covid-19, akhirnya dikremasi di Bandung. “Mungkin tinggal tabur abunya saja. Apakah ditabur di Cirebon atau di Jakarta saya gak tahu. Belum ketemu keluarganya. Soalnya tak ada keluarganya. Yang ada hanya orang kepercayaanya, pengawas tokonya,” jelasnya.