KUNINGAN-Bertepatan momen Hari Bela Negara, anggota Komisi XI DPR RI Fraksi Golkar Drs Agun Gunandjar Sudarsa BcIP MSi menyapa konstituen di Kabupaten Kuningan, Sabtu (19/12).
Guna memperkuat ideologi Pancasila dengan sasaran kalangan milenial, Agun bersama jajaran DPD Partai Golkar Kuningan, mengumpulkan puluhan anggota dan pengurus Angkatan Muda Partai Golkar (AMPG) Kuningan, di Aula DPD Partai Golkar, Jalan RE Martadinata Kelurahan Cijoho.
Kegiatan tersebut, kata Agun, merupakan salah satu rangkaian kegiatan resesnya sebagai anggota DPR RI dari Dapil Jabar X (Kuningan, Ciamis, Banjar, Pangandaran). Hal itu sudah menjadi kewajiban untuk melakukan dengar pendapat masyarakat yang menjadi program MPR.
“Kegiatan ini merupakan inisiatif dari Ketua Golkar Kuningan, Pak Asep, bahwa tanggal 19 ini adalah Hari Bela Negara. Maka tema penyerapan aspirasinya mengenai bela negara,” kata Agun, saat diwawancarai sejumlah media usai acara.
Dalam rangka memperingati Hari Bela Negara, terutama kepada kaum milenial, dan lebih khusus kepada para anggota AMPG Kuningan, lanjut Agun, ia ingin menanamkan terkait persoalan-persoalan yang terjadi saat ini, yang sebenarnya tidak perlu terjadi. Hal itu bisa dicegah bila semua konsisten dengan nilai-nilai yang sudah dilahirkan, diperjuangkan, dan ditegakkan oleh founding father.
“Sebenarnya fenomena yang terjadi sampai hari ini, di mana seolah kita mau ribut mau perang saudara satu dengan yang lain, itu sebetulnya tidak perlu terjadi. Kalau kita meyakini bahwa Pancasila itu sebagai ideologi negara, sebagai alat pemersatu bangsa, dan Bhinneka Tunggal Ika, itu adalah sebuah fakta,” sebut Agun.
“Kita memiliki fakta latar belakang agama, suku, bahasa dan lain sebagainya, dan kita juga dipersatukan oleh negara Indonesia yang punya ideologi, punya konstitusi, punya bentuk negara dan punya semboyan. Untuk apa kita rebut? Sesungguhnya ideologi nasional kita itu lebih mengedepankan toleransi, mengakui, menghargai, dan menghormati satu sama yang lain,” imbuh Agun.
Oleh karena, Agun berharap AMPG bisa hadir di tengah kaum milenial agar tidak terlalu enjoy dengan dunia digital system. Hal tersebut dianggapnya rawan, karena di era digital dalam kontek media sosial ini tidak mampu memilah dan memilih paham- paham ideologi, yang sebetulnya ideologi itu ideologi nasional Indonesia.