Bupati Indramayu dan Menteri PU Panen Raya di Lahan IPHA, Produksi Padi Naik hingga 20 Persen

panen raya
PEDULI: Bupati Indramayu Lucky Hakim membersamai para petani saat panen padi IPHA di Desa Cikedung Lor Kecamatan Cikedung, belum lama ini. ist/radar indramayu
0 Komentar

INDRAMAYU-Metode Irigasi Padi Hemat Air (IPHA) yang digulirkan pemerintah mampu mendongkrak produksi padi hingga 20 persen dan memangkas biaya tanam.Hal itu diungkapkan Menteri Pekerjaan Umum (PU) Dody Hanggodo saat mengikuti panen raya dengan menggunakan metode IPHA di Cikedung Lor Kecamatan Cikedung Kabupaten Indramayu, kemarin. “Insya Allah, kedepan, petani-petani kita akan lebih sejahtera,” ujar Dody penuh keyakinan.Dijelaskannya, metode IPHA merupakan hasil kolaborasi antara Kementerian Pekerjaan Umum (PU) dan Kementerian Pertanian.

“Tujuannya, bukan sekadar efisiensi air, tapi juga mengubah cara pikir petani yang selama ini terjebak dalam warisan kuno bahwa padi butuh air berlimpah,” ujarnya.Di tempat yang sama, Bupati Indramayu Lucky Hakim mengakui, awalnya banyak yang ragu saat menanam padi dengan metode IPHA. Namun, angka tak bisa dibantah.“Dulu orang pesimis. Tapi setelah lihat sendiri hasilnya, banyak yang mulai terbuka. Tugas saya sekarang adalah memastikan metode ini diketahui dan dicoba lebih luas lagi,” tegas Lucky.Saat ini, lanjutnya, IPHA baru diujicoba di lahan seluas 200 hektare tapi hasilnya sangat menggembirakan. Menurut Bupati Lucky, dengan metode ini air mungkin tak lagi melimpah, tapi harapan tumbuh subur di setiap batang padi yang menguning.Sementara itu, salah seorang petani dari Desa Cikedung, Agus Haerani mengakui, dengan menerapkan metode IPHA hasil panennya meningkat sangat signifikan. Dengan membudidayakan padi di lahan seluas 1,5 hektare, produksi padi naik hingga 10 persen. “Dulu paling banter 7 ton per hektare. Sekarang sudah mulai terlihat perbedaannya,” kata Agus.Namun, lanjutnya, dengan irit air tinggi genangan di areal sawah menyusut dari biasanya setinggi 5 centimeter menjadi 2 centimeter. Hal itu membawa konsekuensi, semakin memudahkan hama tikus masuk ke areal sawah untuk mengerat padi.“Air yang dangkal bikin tikus lebih berani. Serangannya lebih masif,” ujar Agus, sembari menjelaskan bagaimana ia kini harus berpatroli dari sore hingga malam demi menjaga tanamannya.Menyikapi ancaman tersebut, petani pun memutar otak, dengan bergotong royong membangun rumah urung hantu. “Kami bikin tempat tinggal burung hantu. Harapannya, mereka betah, berkembang biak, dan bantu kami jaga sawah,” jelas Agus. (han)

0 Komentar