Menilik Kerajinan Gerabah di Desa Sitiwinangun; Sudah Ada Sejak Abad 12 M!

Gerabah
Foto: Najmudin Khoerul Amal - radarcirebon.id
0 Komentar

RADARCIREBON.ID – Menurut Bapak Lebe Wastani (11/05/2023), Secara historical, kerajinan Gerabah di desa Sitiwinangun ini sudah ada sejak abad ke-12 Masehi.

Hal tersebut dibuktikan dengan adanya kemiripan peninggalan artefak Gerabah pada era kerajaan Singosari.

Dan hal tersebut berkorelasi bahwa pada abad ke-12 di daerah Sitiwinangun sudah ada pedukuhan.

Baca Juga:JANGAN KELIRU! Inilah Cara Mengatasi Gigitan Ular yang Baik dan BenarCAKEP! Inilah 15 Pantun Jenaka yang Siap Mengocok Perut Anda

Kemudian pada abad ke-14 mulai masuknya proses islamisasi yang dilakukan oleh para Pendakwah yang dipelopori oleh keturunan-keturunan Raja, yakni Syekh Abudrrahman (Baghdad) dan Raden Walangsungsang (Padjadjaran).

Proses islamisasi tersebut dilakukan dengan cara melalui pendekatan kultural (budaya). Oleh sebabnya proses islamisasi di desa Sitiwinangun dilakukan melalui pendekatan budaya Gerabah.

Kemudian pada tahun 1960-an mulai adanya proses administrasi nama pedukuhan, oleh karenanya masyarakat setempat menyepakati bahwa dukuh/desa tersebut dinamakan dengan sebutan Sitiwinangun.

Nama Sitiwinangun sendiri itu diambil dari kultur masyarakat akan kegiatan pembuatan Gerabahnya.

Oleh karenanya ia diambil dari dua istilah, yang pertama kata Siti yang berarti Tanah, dan yang kedua kata Winangun yang berarti Membangun.

Di sisi lain dari rentetan masa tersebut terdapat adanya era kejayaan dan degradasi kerajinan Gerabah di desa Sitiwinangun.

Era Kejayaan kerajinan Gerabah di desa Sitiwinangun itu mulai memasuki masa kejayaan pada tahun 1980-an yang mana hal tersebut dibuktikan bahwa hampir setiap hari para turis mengunjungi tempat kerajinan Gerabah di desa Sitiwinangun serta mereka memproduksi secara massal terkait kerajinan Gerabah hingga 3 sampai 4 Truk Mobil.

Baca Juga:3 Rekomendasi Bedak Pixy yang Aman untuk Kulit Berminyak dan BerjerawatMelestarikan Seni & Budaya, IDA UIN Festival Hadirkan Budayawan Nasional

Selanjutnya, Era Degradasi kerajinan Gerabah di desa Sitiwinangun itu mulai memasuki masa kemunduran pada tahun 1990-an yang mana industry plastic mulai mengganti perabotan rumah tangga yang semula berasal dari Gerabah.

Dan di tahun 2000-an anak-anak muda mulai memperkrasai kerajinan Gerabah pada unsur karakteristik nilai seninya oleh karenanya di waktu tersebut hanya tersisa sekitar 100 orang pengrajin Gerabah.

Menurut Bapak Yandi selaku pemuda yang menggeluti kerajinan Gerabah menuturkan bahwa, Secara garis besar untuk melakukan kerajinan Gerabah itu diperlukan adanya proses yang agak panjang.

0 Komentar