RADARCIREBON.ID – Jangan membayangkan Majalengka sekarang ini, yang ramai dan sudah menjadi ibu kota kabupaten.
Sebelum tahun 1840, wilayah yang dulu bernama Sindangkasih ini, masih sepi dan bukan jalur utama. Bahkan kalah ramai dan kalah terkenal dibandingkan denga Maja dan Talaga.
Maja dan Talaga ketika itu, selain sangat terkenal, juga menjadi kota yang sangat penting. Menjadi jalur utama dari dan menuju Cirebon. Bahkan secara tegas disebut dalam peta Karisidenan Cirebon.
Baca Juga:Talaga Jadi Daerah Khusus, Wilayah Maja Mengiris Sumedang, Cirebon, Kuningan dan CiamisRumit, Tentukan Hari Jadi Majalengka, Konon Bareng Lahirnya Karisidenan Cirebon
Dalam peta Karesidenan Cirebon 1842, ada tulisan nama tempat. Yakni: “Cheribon, Indramaijoe, Madja, Koeningan, dan Galoe”. Nama “Bengawan Wettan” sudah tidak ada lagi. Diganti “Indramaijoe”.
Seperti diketahui, Kabupaten Maja diubah menjadi Kabupaten Majalengka pada 11 Februari 1840. Ditandai dari perpindahan ibukota kabupaten dari Maja ke Sindangkasih.
Peta tentang Karisidenan Cirebob, sebenarya dibuat tahun 1841, namun diterbitkan 1842. Jadi, perubahan nama Maja menjadi Majalengka belum masuk ke dalam peta.
Bisa jadi pembuat peta belum tahu. Karenanya masih ada “Madja” di dalam Keresidenan Cheribon pada tahun 1942, ketika peta itu diterbitkan.
Dalam peta di Kabupaten Madja atau Maja, hanya ada 2 kota penting. Yakni Madja dan Telaga. Tidak ada yang lain. Tidak ada Sindangkasih, Majalengka, Kadipaten, Jatiwangi, dan Rajagaluh.
Karenanya, ibu kota Kabupaten Maja itu pasti Maja, sesuai dengan nama kabupatennya. Itu artinya bukan di Talaga.
Sebelum Kabupaten Maja ditetapkan, Talaga sudah diakui keberadaannya sebagai sebuah ketumenggungan. Bagian dari Kerajaan Galuh-Pakuan-Pajajaran.
Baca Juga:Zaman Hindia Belanda, Majalengka Pernah Jadi Penghasil Kopi Terbesar di Karisidenan Cirebon2 Perkawinan Snouck Hurgronje dengan Wanita Sunda, Diakui Anaknya yang Tinggal di Belanda
Disebut pada saat SK dikeluarkan bahwa Talaga itu tadinya merupakan sebuah “regenschaft.” Ini termuat dalam SK pembentukan Keresidenan Cirebon yang memuat Maja sebagai regenschaft.
Hal itulah yang mendasari mengapa peta Talaga tercantum, namun Rajagaluh dan Sindangkasih tidak ada. Padahal kedua daerah itu juga “regenschaft”. Sama dengan Talaga.
Banyak yang menyebut, Talaga ada dalam peta itu karena dimungkinkan keturunan ketumanggungan itu masih memerintah di Talaga. Sementara keturunan Rajagaluh, sudah tidak ada sama sekali.
Sekedar catatan, Junghuhn menuliskan nama ibu kota Kabubaten Majalengka itu dengan sebutan Sindanglasi atau Sindangkasih. Nama itu ditambahi tulisan Maja Lengka dalam tanda kurung.