Gerbang Gedung Sate ala KDM, Mengapa Candi Bentar, Bukan Lawang Gintung?

candi bentar gedung sate
Candi Bentar yang kini menjadi gerbang dan pagar dari Gedung Sate menuai polemik pasca dibangun di era Gubernur Jawa Barat (Jabar), Dedi Mulyadi alias KDM. Foto: Indonesia Travel - radarcirebon.id
0 Komentar

RADARCIREBON.ID – Banyak yang mendukung Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, jika ornamen di pintu gerbang Gedung Sate itu bercorak lokal Nusantara.

Namun, tak sedikit pula yang mengritisi sosok yang akrab disapa KDM itu, memilih Candi Bentar sebagai ornamen bercorak Nusantara di pintu Gerbang Gedung Sate tersebut.

Padahal, ornamen yang bernuansa budaya Sunda itu lebih cocok digunakan untuk bangunan pintu gerbang kantor KDM tersebut. Misalnya Lawang Gintung, pintu khas arsitektur Sunda Pajajaran.

Baca Juga:KDM – PT KAI Jalin Kerjasama, Bakal Ada Kereta Api Tani Mukti Rute Cirebon – JakartaPasca Tawuran Konten, Pemuda Desa Purwawinangun – Muara Mediasi di Polsek Kapetakan, Sepakat Damai

Candi Bentar, bagi sebagian masyarakat Jawa Barat dianggap sebagai arsitektur khas Jawa. Candi itu merupakan peninggalan Majapahit di Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur.

Candi Bentar juga banyak dijumpai di beberapa keraton di Cirebon. Juga di reruntuhan Keraton Banten. Karena itu, Candi Bentar di pintu gerbang Gedung Sate, dinilai sebagai jawanisasi di Tatar Pasundan.

Sementara di Tatar Sunda, memiliki Lawang Gintung. Ornamen ini memang menjadi ciri khas pintu gerbang Kemaharajaan Sunda Pajajaran, ketika itu.

Lawang Gintung, menurut R Lalam Wiranatakusumah, merupakan bagian dari warisan masyarakat Sunda yang adiluhung. Yang memiliki kekhasan tersendiri.

R Lamlam yang juga seorang bloger tersebut mengungkapkan, jika Lawang Gintung itu merupakan pintu masuk gerbang teritorial pura saba atau ibukota Pajajaran.

Hal itu, katanya didasarkan pada naskah-naskah kuno peninggalan Kerajaan Pajajaran. Lawang Gintung itu menghubungkan antara pura saba menuju wilayah Kedaton Suradipati.

Diungkapkannya, pembangunan ulang pintu gerbang atau gapura di Jawa Barat pada umumnya, masih bergaya Mataram. Gaya ini menjadi sisa budaya arsitektur jajahan.

Baca Juga:Lolos dari Hukuman, Prabowo Rehabilitasi 3 Mantan Direksi ASDP Termasuk Ira PuspadewiIdentitas Warga yang Tewas Tertemper Kereta Api Harina di Kanci Kulon Cirebon

Dijelaskan R Lamlam, setelah Pajajaran membubarkan diri, Tatar Pasundan dikuasai Mataram. Semua pola arsitektur Pajajaran dibumihanguskan oleh Kerajaan Demak. Kemudian diteruskan oleh Mataram Islam.

Bangunan Lawang Gintung, tegasnya, merupakan bagian integritas dari wilayah Kadaton Sri Bima Punta. Pintu itu, berfungsi sebagai gerbang utama memasuki wilayah kedaton atau ibukota kerajaan.

Sri Bima Punta Narayana Suradipati merupakan keraton Raja Pajajaran. Keraton dan perlengkapannya pertama kali didirikan semasa kepemimpinan Prabu Raja Tarus Bawa pada 669-732 M.

Dia memegang tampuk 2 kerajaan besar yang luasnya meliputi seluruh Jawa Barat dan sebagian Jawa Tengah. Sekaligus kerajaan Tarumanegara, meneruskan Prabu Linggawarman dan kerajaan Galuh meneruskan tahta kerajaan dari ayahnya Prabu Mandiminyak. Kedua kerajaan besar tersebut berhasil disatukan dengan nama Sunda Sembawa. Kerajaan ini memiliki arsitektur Lawang Gintung yang bentuk muka sama dengan bangunan kadaton.

0 Komentar